Pada tahun 2347 M hiduplah
seorang janda kaya yang bernama Mak Rebon. Mak Rebon sudah hidup sejak tahun
856 M. Ia pernah mati sekali, beruntung masih ada sisa tulang belulangnya yang
tidak rusak karena terhimpit lapisan dalam es, ia berhasil dihidupkan kembali
dengan teknologi kloning yang semakin canggih. Mak Rebon memiliki seorang anak
bernama Alexander Malinaus Setiawan Sejati. Mak Rebon memanggilnya Malin.
Mereka tinggal di perkampungan elite di kota Port of Jak. Kota yang selama
beratus tahun dikenal sebagai Jakarta, ibukota Indonesia itu. Kini telah berubah
menjadi kota air seperti venezia di Italia pada abad 20an. Saat ini kota itu
bernama Port of Jak, bagian dari negara federal kesatuan terpimpin Jawa.
Kondisi perekonomian mereka
sangat berkecukupan. Semua yang Malin inginkan dipenuhi dengan menjentikan jari
saja. Hampir-hampir tidak ada keinginan yang tidak terpenuhi secara otomatis.
Kalaupun ada yang dirasakan kurang mungkin itu adalah bagaimana caranya berak
tanpa perlu harus ke jamban. Bagaimana caranya merubah kotoran dalam perut
menjadi gelombang radio dan mengirimnya ke jamban tanpa harus duduk dijamban.
Ternyata abad sudah berganti dengan pesat, urusan buang air dijamban tetap
dengan cara konvensional, duduk diatas jamban. Jamban boleh banyak teknologi
mulai dari air hangat, meja makan, wifi, webcam, hingga pijat sehat tetapi cara
orangnya membuang kotoran tetap konvensional.
Malin bosan dengan semua itu, ia
berencana pergi ke suatu daerah antah berantah untuk mencari pengalaman hidup.
Mak Rebon sangat Sayang pada Malin. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Malin.
Ia pun tidak ingin Malin tumbuh menjadi pria yang brengsek, kurang ajar, dan
tidak bertanggungjawab. Pernah suatu ketika Malin sedang ingin makan, robot
pembantunya tidak sengaja menjatuhkan centong nasi dikepala Malin. Kepalanya
luka hingga harus diopname 3 hari berikutnya. Ketika luka itu sembuh, luka
tersebut menjadi berbekas dikepalanya dan tidak bisa hilang.
Setelah Malin merasa dewasa, ia
memutuskan untuk pergi dari rumah karena bosan dengan semua
keserba-otomatisannya. Ia ingin menempuh perjalanan berliku demi sebuah
perjalanan hidup seperti di film-film yang ia saksikan dan buku-buku yang ia
baca. Pada mulanya Mak Rebon melarang Malin untuk pergi, sebab ia ingat
kejadian yang menimpa suaminya pada saat kehidupan pertamanya. Suami Mak Rebon
pergi dan tak kembali hingga bertahun-tahun, sebab itulah Mak Rebon bunuh diri
ketika itu. Ia tidak menginginkan kejadian itu berulang lagi. Sebisa mungkin
Mak Rebon melarang Malin untuk pergi, berbagai argumen dikemukakan, berbagai
prediksi disampaikan, berbagai bujuk rayu diucapkan. Namun tidak satu pun yang memupuskan
keinginan Malin untuk pergi. Pada akhirnya Mak Rebon menyerah dan dengan berat
hati mengijinkan Malin pergi.
Malin menumpang di kapal Atlantis
Corsair. Kapal mewah denga landasan pacu di dek paling atas. Hampir seperti
sebuah kota yang terapung di tengah lautan. Selama di kapal Malin banyak meniba
ilmu dari cerita-cerita semua orang di kapal tersebut. Dari sesama penumpang
hingga kelasi, dari anak kecil hingga orang tua. Ia merasa belajar banyak hal
dari kegiatannya itu. Bertahun-tahun Malin berlayar, melewati bermacam-macam
pulau. Suatu ketika, kapal yang dinaikin Malin dibajak oleh perompak. Perompak
ini turunan dari perompak Somalia yang terkenal dengan kegarangannya. Kapal Malin
diambil alih oleh para perompak itu. Semua penumpang mengalami neraka dunia
yang menyeramkan disana ketika itu. Ada yang dibunuh, dipotong, diumpan ke hiu,
dibuang ke laut, diperkosa, dijadikan mainan. Segala bentuk penyiksaan mereka
lakukan hingga semua penumpang dan awak kapal mati satu per satu. Malin
satu-satunya orang yang beruntung. Ia bisa selamat dengan masuk ke dalam tong
berisi sampah. Tong-tong itu dibuang begitu saja ke laut. Selama berhari-hari Malin
terombang-ambing gelombang laut yang ganas hingga akhirnya ia terdampar di
sebuah pulau. Tepat dibibir pantai terdapat hutan yang lebat. Malin berusaha
sekuat tenaga yang tersisa untuk menuju hutan yang ia harap akan tembus ke
kota.
Malin dan Penjudi Sabung Ayam
Malin benar-benar sendiri sekarang.
Dia sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berjalan. Dia terjatuh dibawah
sebuah pohon dan tidak sadarkan diri.
Berat rasanya kepala Malin,
seluruh dunia begitu berputar-putar, pandanganya kabur dan nanar. Dia coba
untuk mengenali tempatnya berada saat ini.
“rebahlah sebentar, kau kutemukan
pingsan dihutan tadi”
“oh..siapa anda? Dimana Saya” Malin
heran dan setengah pusing mendapati dirinya berada dalam rumah mungil yang
cukup hangat.
“istirahatlah lagi, nanti setelah
engkau cukup tenaga, baru aku jelasan dimana ini”
“ah iya, Saya masih sangat tidak
bertenaga”
Malin kembali tidur dengan
tingkat kepasrahan yang tinggi.
Beberapa jam kemudian Malin
tersadar, kali ini dengan energi yang sudah kembali total. Dia celingukan kanan
kiri mencari kejelasan. Selang beberapa lama ia bertemu dengan pemuda yang dia
lihat waktu ia setengah sadar tadi.
“hai kamu, sekarang bisa tolong
jelaskan dimana Saya, dan siapa anda?”
“Saya Candu Lurik, putra raja
yang dibuang dihutan, ini rumah Saya dan ibu Saya, siapa nama anda?”
“Saya Malin dari seberang, sedang
melakukan perjalanan, dimana awak kapal yang lain? Saya naik kapal tadi
sebelumnya, dimana awak kapal yang lain?”
“yang lain? Dimana? Tadi tidak
ada kapal, anda terdampar begitu saja, sendirian”
“hah? Apa? Saya dimana ini?
Negara apa? Kota apa?”
“haha, jangan lebay tuan, masih
di Indonesia juga ini, sekarang anda ada di kota Rumbanawa”
“kota Rumbanawa? Dimana itu? Gak
ada di peta ya?”
“haha, mungkin juga”
Mereka berdua ngobrol ngalor
ngidur selama berjam-jam. Dari obrolan itu Malin mengetahui bahwa Candu Lurik
adalah anak Bupati Rumbanawa yang dia sebut Raja sebelumnya. Candu Lurik
berkisah kalau dia dibuang ke hutan oleh istri simpanan ayahnya yang iri
terhadap ibunya. Ibunya sekarang sudah tua renta dan lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk berdoa.
Sehari-hari Candu Lurik mencari
kayu bakar dan buah-buahan dihutan, sesekali ia ikut sabung ayam di kota untuk
mendapatkan sejumlah uang. Suatu hari ia mendapati telur emas dibawah sebuah
pohon rindang. Baru saja dia memegang
telur tersebut, telur itu langsung menetas begitu saja. Keluarnya anak
ayam yang dalam satu jam menjadi ayam jago yang perkasa.
Ayam jago itu sangatlah perkasa,
cekernya seakan-akan terbuat dari logam. Begitu mata mereka saling menatap,
ayam jago itu berkokok “kukuruyuukk..Candu Lurik tinggal ditengah hutan, Anak Bupati Rumbanawa dari istri yang
dbuang”. Candu Lurik begitu takjub dengan kemampuan ayam jago tersebut,
kemudian dia menemui ibunya dan menceritakan pengalamannya. Dari ibunya ia
mengetahui dengan jelas asal usul dirinya dan mengapa ia berada di tengah hutan
seperti sekarang ini.
Candu Lurik bertekad untuk
menemui ayahnya dan mengungkap kejahatan istri kedua ayahnya tersebut. Di
Kabupaten Rumbanawa, Bupatinya terkenal sangat suka sabung ayam. Dialah
pengagas diadakan kejuaran sabung ayam tingkat kabupaten dengan hadiah yang
sangat tinggi. Sekilas bukan judi, tapi tetap saja itu suatu bentuk judi
terselubung. Penyakit ini menjangkiti seluruh lapisan masyarakat Rumbanawa,
dari kota hingga pelosok hutan, tidak terkecuali Candu Lurik.
Keesokan paginya merupakan hari
pertama kejuaran sabung ayam itu, Candu Lurik pun mengajak Malin untuk
menemaninya. Kejuaraan itu memiliki sistem seleksi seperti kejuaraan lainnya.
Putaran pertama merupakan babak seleksi yang dimulai dari pasar-pasar. Sistem
perjudian pun sudah masuk kedalam kejuaraan ini sejak awal dimulai. Candu Lurik
dan Malin mulai mengeluarkan ayam jagonya dan memasang taruhan yang sangat
besar. Malin yang sebelumnya tidak pernah mengerti judi, diajari perlahan-lahan
oleh Candu Lurik, hingga ia sampai pada taraf mumpuni judi. Sesuai dengan
dugaan Candu Lurik, semua lawannya dilibas dengan mudah. Yang menarik setiap
ayam Candu Lurik menang, ayam itu selalu berkokok hal yang sama “kukuruyuukk..Candu
Lurik tinggal ditengah hutan, Anak Bupati
Rumbanawa dari istri yang dbuang”.
Dalam waktu singkat, berita
tersebut sampai ke telinga raja yang sedang sibuk mengurusi perceraiannya
dengan istri yang baru dua hari dinikahinya. Kemahalan, itu alasan yang selalu
ia ungkapkan pada wartawan yang mengejarnya. Bupati pun panas hatinya mendengar
ada ayam yang menyebut-nyebut namanya. Dia takut masyarakat tidak lagi
menganggap dia religius dan spiritualis. Maka dengan seluruh kemampuan yang ia
miliki dengan memanfaatkan semua kewenangannya sabagai Bupati, ia mencari
pemuda yang mengaku anaknya itu.
Candu Lurik tahu ia dicari-cari
maka ia sengaja menampakkan diri. Berbeda dengan Malin yang ketakutan setengah
mati. Dengan hanya butuh waktu dua jam, Candu Lurik dan Malin ditangkap dan
dibawa ke hadapan Bupati. Bupati tidak mau memandang keduanya. Dengan sikap
yang menuhankan diri sendiri, ia memerintahkan Candu Lurik untuk melepas
ayamnya. Bupati menantang Candu Lurik untuk sabung ayam dengan ayam miliknya.
Sebelum itu sang Bupati mengumbar janji, jika ia menang Candu Lurik dan Malin
harus bersedia dimutalasi dalam keadaan hidup, sedangkan jika Bupati kalah, ia
akan menyerahkan setengah wilayahnya untuk Candu Lurik dan Malin. Sungguh suatu
perjudian yang sangat massif.
Kedua ayam tersebut bertarung
mati-matian demi kepuasan tuannya masing-masing. Namun dengan ceker yang
terbuat dari logam, ayam Candu Lurik menang dengan mudahnya. Ayam Candu Lurik
pun berkokok seperti biasa “kukuruyuukk..Candu Lurik tinggal ditengah
hutan, Anak Bupati Rumbanawa dari istri
yang dbuang”. Mendengar hal itu Bupati merasa amat malu, janji yang umbar
sebelumnya sebisa mungkin ia tunda-tunda. Ia ingin mengadakan penyidikan dan
penyelidikan terkait pembicaraan ayam jago Candu Lurik tersebut. Ia juga
mengadakan verifikasi dan autopsi untuk mengetahui kebenaran ayam tersebut. Candu
Lurik dan Malin pun marah atas sikap inkonsisten sang Bupati. Mereka
berteriak-teriak membabi buta didepan sang Bupati, hingga Bupati murka dan
mereka dijebloskan ke lembaga pemasyarakatan.
Didalam LP, Candu Lurik dan Malin
geram bukan main. Bukan saja terhadap hasil pertandingan tetapi juga pada sikap
sang Bupati. Didalam LP, Candu Lurik menghasut para napi dan juga sipir yang
selalu digaji kecil oleh Bupati. Dengan kemampuan khas penjudi yaitu berbohong
ia mampu menggerakkan seluruh isi LP untuk menentang sang Bupati. Malin begitu
takjub dengan kemampuan kawannya ini, dalam hati ia akan belajar semua hal dari
Candu Lurik.
Dimalam yang pekat itu, Candu
Lurik dan seluruh isi LP berada dalam komandonya. Ia memerintahkan semua orang
untuk menuju rumah sang Bupati. Disini muncul satu masalah baru, sang Bupati
mempunyai 9 orang istri yang selalu digilir permalamnya. Malam ini entah ia
berada dirumah istri yang mana. Candu Lurik pun membagi semua orang yang ada
disana untuk menjadi 9 tim yang akan menyerang seluruh rumah istri sang Bupati.
Pukul sembilan malam semua orang bergerak dibawah komando Candu Lurik, begitu
juga Malin.
Candu Lurik dan Malin mendatangi
rumah istri ke-4 sang Bupati. Sesampainya disana, ia mendapati pemandangan yang
menjijikan, sang Bupati sedang melakukan suatu pesta yang tidak pernah
terpikirkan. Dikamar rumah itu, sang Bupati dan 9 orang istrinya tanpa sehelai
benang pun sedang melakukan pesta seks. Karena sedang seru-serunya bersama 9
orang istrinya itu, sang Bupati tidak menyadari ada kerumunan orang sudah
mengepung rumahnya.
Candu Lurik dan Malin menghubungi
ke-8 tim lainnya untuk segera datang ke rumah istri ke-4 sang Bupati. Dalam 10
menit, semua tim tersebut sudah terkumpul dengan rapinya. Candu Lurik dan Malin
dengan tanpa suara, memulai pendobrakan itu. Kesemua orang itu masuk secara
bersamaan kedalam rumah tersebut, kemudian menuju kamar sang Bupati yang sedang
pesta seks tersebut. Sang Bupati dihajar habis-habisan, istri-istri sang Bupati
dipaksa melayani orang-orang yang menyeranganya. Hampir dua jam sang Bupati dan
istri-istrinya dijadikan bulan-bulanan massa. Setelah mereka merasa puas,
mereka merantai sang Bupati dan ke-9 istrinya dan mengaraknya dijalanan.
Masyarakat yang selama ini merasa
tertekan oleh sikap represif sang Bupati tidak mengacuhkan keadaan Bupati yang
sudah hampir sekarat. Satu per satu orang yang ada dijalan menyematkan satu
pukulan ke wajah ataupun ke perut sang Bupati. Candu Lurik memutuskan untuk
membuang sang Bupati dan ke-9 istri ke danau. Kaki mereka semua diikat dengan
batu besar dan dijatuhkan dari atas jembatan.
Hingga pagi keadaan sunyi senyap.
Siang itu di kantor sang Bupati, Candu Lurik mengangkat dirinya sendiri sebagai
Bupati, dan Malin menjadi asisten pribadinya. Sejak saat ini kabupaten
Rumbanawa menjadi terkenal sebagai kota casino terbesar di dunia.
bersambung..........................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar