Ada yang mengerti apa arti tulisan diatas?
Coba diterka-terka..
Coba dikulik-kulk..
Ah coba disandikan..itu sandi mungkin.
Dapat? Sudah mengerti artinya?
Aaahh saya juga tidak mengerti sebenarnya. Hahaha. Sama tidak mengertinya dengan apa yang saya pikirkan saat ini. Haha. Mungkin saya gila. Mungkin. Tidak ada orang gila yang tau dirinya gila. Tapi apa orang yang mengaku waras itu betul-betul waras? Kalau memang waras buat apa menyakinkan orang kalau dia sendiri waras. Aaahhh ini pertanyaan rumit kawan, sulit menjawabnya. Hahahaha. Silahkan anda sendiri yang menetukan siapa yang gila antara kita. SAYA atau ANDA.
Sesaat lalu saya kembali ter-ngiang dengan masa magang saya dulu. Magang dari kampus sebagai salah satu tuntutan menyelesaikan studi saya. Saya dari depok tapi magang di bogor. Perjalanan yang cukup menyenangkan tapi juga makin lama makin membosankan. Perjalanan dari kota ke kota, walaupun dekat, menggunakan motor lumayan melelahkan punggung saya. Cape? Ya tentu, tapi tetap semangat
Tempat magang ini bekerja pada waktu malam, tuntutan masyarakat katanya. Oya sebelum berpikir lebih jauh, tempat magang saya itu adalah tempat pemotongan hewan untuk konsumsi, jadi wajar malam bekerjanya karena masyarakat inginnya daging segar baru potong pada pagi hari di pasar.Karena bekerjanya malam hari, sudah tentu saya juga ikut kegiatan di malam hari bukan. Yaiyalah. Haha. Ini bagian yang menarik. Haha.
Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 8 malam,n perjalanan dimalam hari biasanya sama saja dengan perjalanan siang hari. Bukan karena jalannnya macet, tapi karena sebagian besarnya jalan menuju kesana belum dipasangi lampu, sehingga kebanyakan gelap dijalan-jalan itu. Lagipula di kegelapan jalan itu banyak yang berseliweran dijalanan, karenanya saya makin hati-hati pas dijalan
Oke, sampai tempat magang, biasanya saya mengikuti proses pemotongan hewan itu, dari 1, 2, 3 hingga bosan melihat hewan-hewan itu merengang nyawa. Dari sesuatu yang dapat bernafas, bergerak, hidup, dalam 45 menit berubah menjadi potongan-potongan daging yang terbagi dalam 4 bagian besar dan sudah dikulit bersih, tinggal dijual. Hmmph, apa hewan-hewan itu bisa berpikir? Apa yang kira-kira mereka pikirkan ya? Hidup hanya untuk dikorbankan? Menjadi martir? Martir? Martir? Ah apa iya?
Yak stop sampai disitu soal potong memotongnya. Sekitar pukul 1 biasanya saya pulang. Ya perjalanan yang sangat dingin. Angin malam itu seperti menusuk-nusuk hingga ke tulang. Ah mungkin enak kalau didalam mobil, tapi sekarang saya di atas motor. Haha.
Kemudian saya memasuki bagian yang menarik, lumayan jauh dari tempat magang saya itu, dijalanan lurus yang lumayan gelap. Ada beberapa gerombol orang, wanita tepatnya. Ya bergerombol-gerombol di sepanjang jalan, tidak saling berdekatan, tapi dapat saling melihat satu sama lainnya. Hmmph, ditambah lagi mereka seperti tidak merasakan dinginnya malam, terbukti dari pakaiannya yang minim-minim. Sama seperti anak-anak gahul masa kini. Hahaha.
Sejurus kemudian saya melihat adegan yang menarik, wanita-wanita itu melambai pada pengendara motor maupun mobil yang lewat didepannya. Aaiihh saya langsung dapat menerka siapa mereka. Btw, saya juga tidak luput dari lambaian tangan mereka . Tapi saya tetap lanjut jalan terus. Hehe. Maaf mengecewakan anda yang membaca .
Sejenak saya berpikir, mereka sedang mencari uang. Mencari penghidupan. Aaaih tapi saya sama sekali tidak berani mengatakan mereka sepenuhnya salah. Mereka begitu juga karena keadaan yang memaksa. Ada perasaan iba pada mereka yang tersemat di hati saya, mereka pasti dicacimaki dan disebut-sebut bakal masuk neraka oleh orang-orang alim yang lewat dijalan itu.
Pikir saya terus mengelana lagi, aih aih, mengelana. Sebenernya apa yang membuat mereka seperti itu? Sepenuhnya salah merekakah? Aih aih persoalan ini bukan pada siapa yang salah atau benar sepertinya.
Saya teringat dengan sebuah tulisan yang mengatakan pembongkaran lokasisasi macam kramattunggak itu sebenarnya bisa dibilang langkah bodoh, sangat bodoh. Kalau saya pikir-pikir, saya setuju dengan ungkapan itu. Betapa tidak dengan dibongkarnya tempat-tempat lokalisasi macam itu, harapannya semula adalah tidak adanya lagi psk-psk atau semacamnya, tapi yang terjadi malah bermunculan lokalisasi-lokalisasi yang terselubung dan makin banyak yang ikut serta didalamnya. Apa yang dilakukan oleh seorang gubernur pada bertahun-tahun yang lalu merupakan langkah yang sangat berani, tidak seperti sekarang, pemimpin-pemimpinnya pengecut semua.
Ya saya mungkin hanya tau dari literatur saja, tapi itu sudah lebih dari cukup. Ketika ada tempat-tempat seperti itu penyebaran penyakit macam hiv/aids atau penyakit kelamin sejenisnya dapat ditekan sedemikian rupa, menghidupi banyak orang karena disana bukan cuma melulu soal kepuasan urat, tapi ada tukang siomay yang menjajakan siomaynya disana, tukang mainan yang menjajakan mainan pada anak-anak kecil yang tinggal disana, bahkan ada kursus-kursus dan pelatihan pula dari dinas sosial untuk para psk. Haah. Sudah semikian baiknya tapi malah dibubarkan.
Apa yang terjadi sekarang, disana dibangun pusat keagaaman. Disangkanya urusan tarik urat seperti itu dapat diselesaikan seperti orang berak sama pemimpin waktu itu. Setelah dikeluarkan, selesai semua. Tidak segampang itu, mbah. Selain malah bermunculan tempat-tempat prostitusi terselubung di seantero kota, penyebaran penyakit makin menjadi-jadi. Nah, anggaran yang seharusnya untuk pembangunan sudah habis untuk menyediakan obat-obatan untuk menyelesaikan penyakit yang mampir berurutan itu. Lagipula dengan tidak adanya tempat seperti itu, urusan ranjang goyang itu juga sama saja bahkan makin meningkat, aah lalu apa gunanya pusat keagamaan itu? Apa kerjanya orang-orang yang mengaku wakil Tuhan dibumi? Secara umum dapat saja kita sebut mereka – wakil Tuhan di bumi saat ini- telah gagal. Ah kita belum bicara pada aspek ekonomi, tapi rasanya tak perlu. Secara kasat mata dapat dilihat, keuntungan ekonomi yang didatangkan dari tempat itu DULU jauh lebih besar daripada SEKARANG. Dan itu berguna untuk pembangunan yang akan dinikmati semua orang.
Satu hal yang dipermasalahkan biasanya adalah moral. Akan timbul pertanyaan besar. DIMANA MORALMU SAMPAI HATI MELEGALKAN PERZINAHAN? APA MAU NEGERI INI TENGGELAM GARA-GARA MAKSIAT?
Ahahaha. Pertanyaan pamungkas dan jurus pelindung yang sempurna. Pikir saya. Apa dengan tidak adanya tempat itu perzinahan turun? Apa dengan tidak adanya tempat itu negeri ini tidak mau tenggelam?
Ah betapa hebatnya pemimpin itu pada masanya, dia terang-terangan dengan lantang bicara, itu –moral- urusan saya dengan Tuhan, saya yang bertanggungjawa. Hebat. Mana ada sekarang pemimpin seperti itu. Pemimpin sekarang ini selalu melempar kesalahan antara satu dengan yang lainnya. Haah. Menyebalkan sekali melihat kelakuan mereka seperti itu.
Ayolah coba bantu orang-orang yang kalian anggap sebagai biang kemaksiatan, biang kesialan, pusatnya maksiat untuk kembali ke jalan yang menurut kalian benar. Jangan hanya bilang ini haram itu haram. Ini boleh itu tidak boleh. Keluarkan mereka dari lembah kehinaan -menurut kalian- dengan cara yang bermartabat dan beradab. Jangan kalian hanya terus mengutuki dari jauh sambil memandang jijik. Ayolah tunjukkan nyali kalian.
Ah kalau keadaannya seperti ini, siapa yang pantas menyadang gelar GILA dan WARAS? pelacur gila? wakil tuhan waras? ah apa iya seperti itu? entahlah.
Diakhir tulisan ini, saya jadi teringat sebuah kisah tentang seorang pelacur yang dijanjikan masuk surga karena menolong anjing dengan memberikan air minumnya. Hmmmph. Sejenak saya berpikir. Kalau pelacur dapat masuk surga, apa tidak mungkin seorang yang mengaku wakil Tuhan di bumi saat ini masuk neraka?
Minggu, 10 Juli 2011
Dalam suasana perut mulas yang mereda
Dalam suasana perut mulas yang mereda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar