Di Depan Cermin

Hahaha,tawaku keras-keras,di depan bayangan manusia tolol dalam cermin itu. Lihat kawan,lihat orang dalam cermin itu. Dia hanya menunduk. Dia hanya menangis. Seperti gila saja. Lihat mata sayunya. Pucat seperti orang mati. Lihat kulitnya, putih seperti mayat. Dia tak punya tujuan hidup. Hanya menarik nafas, makan, dan buang kotoran saja yang ia dapat lakukan. Sungguh sangat bodoh. Entah kenapa Tuhan ciptakan dia di duniaNya yang indah ini. Dia tak mampu. Dia sering terkapar tak berdaya. Meratapi nasibnya, yang ia kira ialah orang yang paling tersakiti di dunia ini. Hai kamu yang ada di dalam cermin katakan apa yang kau rasakan. Katakan dengan lantang. Biar dunia ini tahu sakit yang rasa. Jangan kau begitu egois. Menyimpan sakitmu sendiri. Mari berbagi denganku. Sebarkan rasa sakitmu itu ke muka.

Diam. Hening. Senyap. Lalu gelap.

Kawanku yang malang. Dimana engkau. Jangan kau pergi dulu. Kenapa kau tinggalkan aku. Kenapa kau simpan sendiri sakitmu itu. Kuatkah kau menahan rasa sakit itu sendiri. Bukankah kau rapuh. Bukankah kau cengeng. Kenapa kau pergi dariku teman. Kemarilah teman ceritakan semua padaku, agar kau tak sedih lagi. Agar kau tak muram lagi. Apa aku perlu bernyanyi di depanmu agar kau terhibur dan mau bercerita tentang sakitmu itu teman.

Baiklah aku akan mulai bernyanyi.

Oh temanku, kemarilah, ceritakan semua sakitmu itu, teriaklah, dunia pun kan mendengarmu, simpan malumu di depanku, aku penolongmu, lihatlah, janganlah kau pergi, janganlah kau mati, kemarilah ceritakan sakitmu itu.

Hai teman, kenapa engkau masih saja diam. Sebenarnya apa yang kau pikirkan. Lihat dirimu kini. Seperti tengkorak, kurus tak berdaging. Seperti mayat, putih tak kira. Oh Tuhan kenapa manusia yang satu ini. Kenapa dia hanya diam di dalam sana. Bicaralah. Kau punya lidah. Kau punya suara.


luka sendiri.2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar