hitungan kuadrat

Suatu ketika, ada seorang jutawan bernama Pak Uangku. Ia sangat mencintai uang lebih dari apapun yang ada di dunia. Pak Uangku sangat kaya, tapi ia tidak tahu pasti berapa jumlah kekayaannya. Suatu hari ia menyewa seorang anak kecil bernama Smarty untuk menghitung uangnya.

Smarty hanya butuh waktu 6 (enam) hari untuk menghitung jumlah uang Pak Uangku. Pada hari ke-6, Smarty melaporkan pada Pak Uangku bahwa jumlah uangnya ada RP 4,2 milyar. Pak Uangku sangat senang. Kemudian dengan pandangan licik, Pak Uangku menanyakan ongkos yang diminta Smarty.

Kata Smarty, “Karena saya bekerja selama 6 hari, saya minta RP 2 (dua rupiah) pada hari pertama. Pada hari kedua, upah hari pertama (RP 2) dikalikan dengan jumlah angka itu sendiri, jadi RP 4 (empat rupiah). Pada hari ketiga, jumlah upah hari kedua (RP 4) dikalikan jumlah angka itu juga (4), jadi RP 16 (enam belas rupiah). Pada hari keempat, jumlah upah hari ketiga (RP 16) dikalikan 16 pula, jadi RP 256. Pada hari ke….”

“Stop!”, kata Pak Uangku. “Aku akan membayar ongkosnya!” Pak Uangku tak mau mendengar sampai akhir penjelasan Smarty. Ia berpikir kalau Smarty itu bodoh karena uang yang dimintanya hanya sedikit.

Pak Uangku langsung menghitung sejumlah uang untuk diberikan pada Smarty. Namun apa yang terjadi ???…
Begitu selesai menghitung, ternyata jumlah yang diminta Smarty adalah sama dengan jumlah seluruh uangnya !!!

Di akhir cerita, Smarty menjadi kaya raya. Sedangkan Pak Uangku jatuh miskin. Mengapa demikian ???…
Ternyata….Pak Uangku tak memahami matematika, khususnya bilangan kuadrat.

Lihat Tabel di Bawah ini :

Hari ke
Jumlah Upah n Kuadrat
Jumlah Akhir
Hari ke-1:
2
Hari ke-2:
2 x 2 = 4
Hari ke-3 :
4 x 4 = 16
Hari ke-4 :
16 x 16 = 256
Hari ke-5 :
256 x 256 = 65.536
Hari ke-6 :
65.536 x 65.536 = 4.294.967.296

Hmmm…apa makna dari cerita itu…?!?!…..ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita dari cerita tersebut, yaitu :

Intermezzo :

Cinta Harta dan Kebodohan menjadi 2 (dua) senjata ampuh yang mampu membuat seseorang (bahkan sebuah negara) terperosok ke dalam jurang kehancuran dan kerugian. Kondisi sulit yang sedang dialami oleh bangsa ini penyebab utamanya tidak jauh-jauh dari kedua hal itu. Yaitu orang-orang yang berintelektual tinggi dan berkewenangan mengemban amanah hajat hidup orang banyak, (tega) melakukan kebohongan public karena dorongan kecintaannya pada harta yang bertumpuk-tumpuk sehingga menyengsarakan hidup orang lain karena dorongan keserakahannya itu. Sedangkan orang-orang awam, tidak tahu menahu bahwa mereka sudah “diakal-akalin” (baca : “dibodoh-bodohin”) oleh orang-orang yang diberi kepercayaan oleh mereka. Lalu di sisi lain, golongan intelektual pengemban amanah rakyat itu , baik disadari atau tidak, mereka juga telah “dibodoh-bodohi” oleh “dunia” yang mengikatnya (skenario konspirasi).

Ø Koran BERANI, Th. 2 No. 51
Ø Tanbihul Ghafilin (Abullaits Assamarqandy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar